Sibuk Berandai-andai


Hari ini aku hanya stay at home memandangi layar laptopku tanpa harus sarapan pagi, ehh bukan itu saja ternyata aku juga belum cuci muka dan masih terbaring diatas ranjang tempat tidurku yang telah usang.....hahaha... Seandainya saja aku udah sarapan, tapi bagaimana bisa? Aku saja masih belum beranjak dari tempat tidurku.

Kali ini aku dihadapkan dengan revisi skripsi yang cukup menguras kejelian otak dalam menjelajah file skripsi yang sudah ada di laptopku atau bahkan aku harus gentanyangan di google mencari referensi mungkin juga copy faste tapi nggak semua juga sih. Seandainya saja aku udah ngerjainnya dari kemarin mungkin sudah selesai, tapi bagaimana bisa? Kalau penyakit malas kambuh semua jadi begini ni jadinya kan dikejar deadline bro. Mampus... hahaha. Kambing,,,, !

Dalam pikirku banyak sekali yang seharusnya sudah terjadi tetapi satupun belum tercapai, hedeeehh.. 

Seandainya saja aku sudah nyelesain skripsiku tahun lalu aku pasti sudah wisuda, tapi bagaimana bisa? Aku harus berjuang hidup dan mati melawan penyakitku si Efusi Pleura.

Seandainya saja aku bisa berjalan tanpamu, tapi bagaimana bisa? Kedua kakiku saja adalah kamu.

Seandainya saja aku bisa bernafas tanpamu. Tapi bagaimana bisa? Udara itu adalah kamu.

Seandainya saja aku bisa tersenyum tanpamu. Tapi bagaimana bisa? Lekukan senyumanku saja terbuat dari kamu.

Seandainya saja aku bisa mengenggam yang lain. Tapi bagaimana bisa? Telapak tanganku beralaskan kamu.

Seandainya saja aku bisa memandang tanpamu. Tapi bagaimana bisa? Pandangan itu selalu menggambarkan kamu.

Seandainya saja aku bisa belajar tanpamu. Tapi bagaimana bisa? Banyak ilmu didapat dari kamu.

Seandainya saja aku bisa hidup tanpamu. Tapi bagaimana bisa? Degupan jantung, aliran darah, denyut nadiku selalu membutuhkan kamu.

Seandainya saja aku tak pernah terluka olehmu. Tapi bagaimana bisa? Airmataku saja mengalir menuju tanganmu.

Seandainya saja aku menulis bukan untukmu. Tapi bagaimana bisa? Setiap rangkaian kata selalu menuliskan ‘kamu’ disana.

Seandainya saja waktuku berjalan tanpamu. Tapi bagaimana bisa? Setiap detik yang berputar selalu mencari kamu.

Seandainya saja lantunan laguku bukan untukmu. Tapi bagaimana bisa? Setiap nada yang berbunyi menyairkan nama kamu.

Seandainya saja aku bisa mencintai yang lain. Tapi bagaimana bisa? Tulang rusukku saja milik tubuhmu.

Loh kenapa aku jadi tak jelas begini ya, hmmm terlalu banyak berandai-andai pake galau habis begitu lagi. Ahhh fuck,, cut-cut... cukup sampai disiniaku mau cuci muka dulu -----> sarapan --------> ngerjain revisi----->wisuda..... Amin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kau ? Dia ? Mereka ? Tuhan ?

Berdamai Bersama Diri Sendiri

Pejalan Mimpi