Sebuah Rasa Yang Bodoh
Untuk,
Yang sedang ... , entahlah.
Jika terbersit tanya. Kapan akhir dari kelucuan ini? Aku sendiri tak berdaya memberi jawaban ini. Terpaku, diam dengan pikiran sendiri.
Adakah kau tau? Aku selalu melihatmu dari sini. Kapan saja tanganku menggenggam gadget yang berurusan dengan koneksi internet, selalu saja aku menghampirimu.
Untungnya kau tau apa bagiku? Aku selalu merasa ada ketenangan berpikir dalam diriku. Itu selalu aku lakukan secara berulang, hingga aku sendiri lupa untuk menghitung. Bodohnya aku, bukankah demikian?
Kita belum pernah bercanda. Bagaimana mungkin? Bertatap muka saja kita belum pernah. Tapi aku sering berlama-lama menatap layar, yang terpampang potretmu. Hina sekali aku.
Namun, dibalik itu semua ada alasan mengapa aku urung menyapamu. Dan itu masih menjadi rahasia besar dalam diriku. Kalau keberuntungan berpihak, aku akan menceritakan semua itu langsung kepadamu.
Bila doa yang kurajut tersampaikan oleh tukang pos sang empunya semesta. Mungkin saja kau dan aku bisa bercanda bersama, beradu argumen, bertengkar, bersedih lalu terseyum malu mengakui kekesalan.
Imajinasiku terkadang berlebihan. Hmm, tetapi untukmu aku benar bahagia. Hanya melihatmu dari potret saja sudah senang berkali-kali. Bagaimana rasanya jika ini jadi sebuah kenyataan?
Haha.. Sudahlah. Aku takut terlalu berlebihan begini sebenarnya. Aku menunggu moment dimana kita, iya kita bercerita banyak hal. Tentang apa pun itu. Aku menunggumu tau apa yang sedang ku rahasiakan kali ini.
Aku menunggumu sesegera mungkin tau ini semua.
Salam,
Yang sedang ... , entahlah.
Jika terbersit tanya. Kapan akhir dari kelucuan ini? Aku sendiri tak berdaya memberi jawaban ini. Terpaku, diam dengan pikiran sendiri.
Adakah kau tau? Aku selalu melihatmu dari sini. Kapan saja tanganku menggenggam gadget yang berurusan dengan koneksi internet, selalu saja aku menghampirimu.
Untungnya kau tau apa bagiku? Aku selalu merasa ada ketenangan berpikir dalam diriku. Itu selalu aku lakukan secara berulang, hingga aku sendiri lupa untuk menghitung. Bodohnya aku, bukankah demikian?
Kita belum pernah bercanda. Bagaimana mungkin? Bertatap muka saja kita belum pernah. Tapi aku sering berlama-lama menatap layar, yang terpampang potretmu. Hina sekali aku.
Namun, dibalik itu semua ada alasan mengapa aku urung menyapamu. Dan itu masih menjadi rahasia besar dalam diriku. Kalau keberuntungan berpihak, aku akan menceritakan semua itu langsung kepadamu.
Bila doa yang kurajut tersampaikan oleh tukang pos sang empunya semesta. Mungkin saja kau dan aku bisa bercanda bersama, beradu argumen, bertengkar, bersedih lalu terseyum malu mengakui kekesalan.
Imajinasiku terkadang berlebihan. Hmm, tetapi untukmu aku benar bahagia. Hanya melihatmu dari potret saja sudah senang berkali-kali. Bagaimana rasanya jika ini jadi sebuah kenyataan?
Haha.. Sudahlah. Aku takut terlalu berlebihan begini sebenarnya. Aku menunggu moment dimana kita, iya kita bercerita banyak hal. Tentang apa pun itu. Aku menunggumu tau apa yang sedang ku rahasiakan kali ini.
Aku menunggumu sesegera mungkin tau ini semua.
Salam,
Komentar
Posting Komentar