Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Natal Yang Keberapa?

Ini adalah hari - hari yang rumit. Bagi kebanyakan orang sendiri itu adalah tabu mungkin. Apalagi di usia yang sepertiku ini sekarang. Ada yang bilang "kamu seperti ini; kamu seperti itu". Si A "bisikin ini"; si B "bisikin itu" Yang mana sih diri sendiri? Sendiri bukan berarti sepi. Aku juga tak bilang bahwa ini menyenangkan. Tapi dengan sementara sendiri memberi ruang untukku berdialong dengan diriku sendiri. Setidaknya aku tak perlu memberi makan ego orang lain. Tanpa harus memilah mana suaraku dan mana suara yang dipaksakan ke kepalaku. Kelak saat aku tak lagi sendiri aku siap untuk berdialog tentang apapun tanpa harus memaksakan isi kepalaku. Salam Natal Berkat Tuhan selalu bersamamu.

Haluan

Aku menggurung niat baik yang aku punya, sebab aku merasa itu akan sia - sia. Tak seharusnya aku bangga bisa membagikan itu. Sebab aku juga kekurangan kebaikan dari orang lain.

Artefak

Apa iya aku saja yang merasa selalu dipertemukan dengan orang - orang munafik? Berazaskan kepentingannya sendiri tiap kali bertindak. Mencintrakan dirinya sebagai manusia yang baik adanya, namun ada muslihat dibalik itu semua. Dasar taik anjing!

Menjadi Indonesia

Untuk Indonesia, semua harus saling merangkul satu sama lain. Pentingkan terlebih dahulu Indonesia. Sebab Indonesia akan rusak kalau saling adu argumen. Indonesia butuh kerja nyata, membangun segala bidang kebutuhan khalayak Indonesia. Indonesia harus tetap ada.

Rehat

Dalam kesendirian ini, banyak terhabiskan dengan merenung, termenung dan kadang murung. Tak selalu bisa ku perbuat seperti kata orang - orang : "selalu bersyukur dan bahagia". Ini sepertinya sudah akut. Aku tak selalu pandai bersembunyi dalam keberpura - puraan. Kadang aku menangis dalam diri. Sering aku menghela napas panjang sebab teramat sesak dada ini menanggung pilu yang juga sulit ku artikan. Kepada siapa hendak aku berbagi? Pada diri sendiri kadang juga aku tak terlalu percaya. Adakah diluar sana? Bantu  aku dari gelapku. Aku tak mampu. Aku lemah, sangat.

Tiran Birokrasi

Sesungguhnya, kau hanyalah satu per sekian dari bajingan yang selalu memaksakan ego. Kau pikir semua akan bungkam. Benar terkaanmu. Namun mereka memegang kuncianmu. Persetan dengan keagungan yang kau punya. Sekarang kau bebas atas kesewenangan. Kelak kau tertunduk malu saat mereka tak menganggapmu siapa - siap. Panjang umur perjuangan !

Nyanyian Sunyi

Angan – anganku mati. Semua pergi. Hilang. Ada ketakutan tiap kali aku berandai – andai sekalipun. Bagaimana mungkin aku harus berkata “aku tidak baik – baik saja”, sementara tak ada seorang pun yang pantas sebagai tempatku menutur segala. Aku hanya bicara pada diri sendiri, bayanganku. Dan terkadang akupun ragu pada setiap tindakan yang aku lakukan.

Hipotesis

Banyak hal dalam perjalan ini yang berujung pada simpul yang sama. Buntu. Mungkin tak semua, tetapi kebanyakan. Selalu berulang. Entah ini sebuah keharusan ataupun ini adalah pertanda untuk dikenang, kelak. Sudahlah. pejalan.mimpi

Jalang

Kini, rakyat tak hanya berani bicara dari akun anonimnya, mereka turun ke jalan, sebab wakil - wakilnya di gedung kura - kura sudah keseringan menyuarakan kepentingan dan keinginannya sendiri. Sementara itu, penguasa adalah sasaran atau mereka juga punya alibi sendiri. Negeriku negeri pelangi, kumpulan para bedebah. #gejayan #gejayanmemanggil #dpr #pemerintahanindonesia #rakyat

Habiskan Kata

Banyak orang bertanya. Mereka butuh jawaban. Sepertinya lebih was - was dari yang ku punya. Reaksi mereka sekedar ingin tau atau merasa iba, aku tak mengerti. Aku lupa menghitung berapa kali pertanyaan yang sama aku jawab dengan alibi yang berbeda. Mungkin, sebab tak ada yang pasti untuk meredam tanya - tanya mereka. Bilamana aku sedang baik - baik saja maka sahutku selalu sejuk. Namun saat sebaliknya terjadi aku selalu menahan diri. Banyak memang yang menguras emosi. Tapi aku yakin amarah bukanlah jawaban yang tepat untuk apapun itu. Mereka akan menuai jawaban yang pas barangkali disaat tiba waktunya mereka berhenti melayangkan tanya. pejalan.mimpi,

Tidak Untuk Apapun

Hidup adalah sekumpulan pilihan. Pilihan sendiri dan pilihan orang lain. Ada kalanya kau teguh pada putusanmu. Ada kalanya kau ikut suara orang banyak. Ada sekelompok orang yang memaksamu untuk meng-iyakan segala hal yang menurut mereka paling benar serta didorong kepentingan mereka. Ada juga yang akan menentang tiap - tiap pilihan yang kau ambil. Jarang sekali ada dukungan yang kau dapat. Mungkin kau butuh berkaca, apakah kau juga sering mengekang keinginan orang lain? Sebenarnya apa yang sedang terjadi hingga semua menjadi rumit dengan sendirinya? Pertentangan yang terjadi pada ruang sendiri. Kau butuh masa untuk tidak memilih apapun. Tidak ikut sesiapapun, terlebih itu adalah pemangku kuasa tertinggi kehidupan. Hidup hanya sekali. Semua hanya sementara. Semua yang baik dan buruk akan berlalu. Tak ada yang abadi.

Mean

Tiap kali semua terasa patah, aku hanya semampu yang ku punya - tetap menggangkat dagu - hingga keberpuraan yang ku rajut benar menyembunyikan pilu yang mengikis ego yang mulai pudar. Di lain sisi, aku adalah rapuh. Tak ingin ada yang tau bahwa harap sering sekali menjadi cemas yang kelam. Ya. Ya. Dan Ya. Aku mengurungkan niat berkata tidak pada tiap - tiap harapku yang pupus. Air mataku, tak ada mungkin. Atau sudah mengering?

Rute

Di ujung jalan tak ada sesuatu pun yang mengajak untuk tertawa, apa yang sedang kau cari? Apa yang sedang kau tunggu? Bimbang, tanpa arah. Kerikil - kerikil tajam mulai bersuara. Mengumandangkan nyanyian - nyanyian menyentil rasa yang kian keruh. Tertunduk pun tak akan mengubah apapun. Kalah tetap salah. Mengalah tak bermakna apa - apa. Inilah getirnya perjalanan, matahari sinis menatap seakan ia tak pernah salah, dingin malam menusuk sukma tak tau malu. Lusuh,

Titik

berujung pada simpul yang sama ketika berulang layaknya malam cahaya itu kian hilang tau apa kau tentang gelap

Jelaga

Aku bagi satu untukmu. Sebuah rasa yang tak akan ku bagi lagi pada siapapun. Tentunya, aku sedang tidak berandai - andai. Perihal menelan pahit aku pikir semua kembali pada tiap realita. Manis tak mudah juga ku telan. Banyak juga yang menjadi hambar dengan sendirinya. Kau berhak menaruh itu dimana kau suka. Buang juga boleh jika kau sedang main - main. Toh aku tak menuntut jika itu berlaku. Aku akan berlalu menyusuri ruang yang akan membawaku pulang pada lorong waktu, aku hanyalah keakuanku.

2019

dalam tahun ini, aku ingin menikah namun belum juga kutemukan perempuan yang akan menjadi sahabat terbaik bagiku dalam segala suasana, suka maupun duka aku akan kembali belajar lagi, mungkin sebab inginku yang tertunda sejak lama S2, ya aku pikir tahun ini harus liburan, barangkali aku akan hiking lagi ke gunung 3 tahun sudah vakum aku sudah pulih dan sudah saatnya memulai kembali semoga Tuhan dan semesta merestui aku, pejalan mimpi