Meski Tak Kau ingini
Sekarang
kau bukan lagi seperti saat baru kukenal dahulu. Aku tau dan sadari itu semua.
Ini salahku. Ya, salahku. Apakah kau mau memaafkannya? Seandainya aku
diposisimu pun pasti tak akan mudah untuk memberikan maaf. Aku yakin itu.
Waktu
serasa berputar sangat lambat sekarang. Penyesalan yang ada dipikiranku
sekarang. Kuharap kau akan tersenyum
kembali dan kebahagiaan akan hadir dalam dirimu.
Berawal
dari kegundahan hati yang kurasakan saat itu. Bersamanya aku sedang tidak
bahagia. Ada masalah diantara kami berdua. Karena kejenuhan yang sedang
menderaku aku mencoba meluluhkan hatiku. Ternyata bukan solusi yang pas jika
suasana hati itu diumbar disosial media. Ya, sekarang baru aku sadari itu.
Kupikir
meresponmu kala itu hanya soal biasa. Tapi karena terlarut dan serasa luka
hatiku sedikit demi sedikit terobati karena hadirmu. Aku lupa jika hatiku yang
lukanya hampir sembuh itu sebenarnya telah ada yang memilikinya.
Kau
membawaku dari hariku yang kelam menjadi berwarna kembali. Chat, bbm an,
telepon an, menjadi sesuatu hal yang rutin buat kita. Aku tertawa setiap kali
bercerita denganmu. Kau selalu ada untukku. Selalu memperhatikan dan selalu
peduli keadaanku. Perlakuanmu terhadapku membuatku sangat berharga.
Hingga
aku mulai melupakan dia. Kupikir aku akan segera bertemu dengan yang lebih baik,
yaitu kau. Kau sukses menggantikan posisinya, seperti itulah kira-kira dalam
pikiranku masa itu.
Komunikasi
kita selalu lancar. Tak ada terlihat satu kalipun kau membuatku tak merasa
nyaman meski sebenarnya aku sangat sering membuatmu khawatir dalam banyak hal.
Misalnya, program dietku yang membuatku jatuh sakit. Terlalu cerewet dalam hal
apapun saat kita berbicara atau sedang berjalan berduaan, itu mungkin sudah
karakterku.
Tapi
setelah aku bertemu kembali dengannya. Dalam pikiranku saat itu aku hanya ingin
menjelaskan bahwa hubungan kami tak bisa lagi dipertahankan. Namun keadaan
berkata lain. Aku tak mampu mengatakan. Dan tak bisa kuingkari masih ada dia
dihatiku. Dia memohon dan aku melihat banyak perubahan dalam dirinya. Dia sudah
menyesali dan sadar akan semuanya.
Komitmen.
Sebuah keputusan yang harus kuambil saat itu. Dan aku memilih bertahan
dengannya. Itu adalah keputusan yang terbaik menurutku. Memang tak mudah untuk memutuskan hal ini.
Aku memikirkanmu. Dia juga. Kupikir kau akan menjadi sahabat yang baik untukku.
Foto
terakhir yang diupload di sosial media itu. Itulah awal yang membuatkmu sedikit
dingin terhadapku. Ku yakin kau kecewa dan sakit hati saat melihat itu. Tetapi
kau seakan tak merasakannya saat pertemuan terakhir kita itu.
Intensitas kita
untuk bertegur sapa di sosial media mulai berkurang. Yang biasanya kau selalu
mengirimkan berbagai pertanyaan setiap harinya, sekarang malah aku yang selalu
menanyakan pertanyaan itu padanamu. Itupun terkadang tak ada balasan atas
pertanyaanku itu. Aku yakin kau pasti merasakan kesedihan yang sangat dalam
karenaku.
Aku tak
bermaksud melalukan ini semua. Membuatmu terjebak dalam perasaan. Membawamu dalam
kesedihanku. Setelah aku pulih dari kelamku aku meninggalkanmu. Bukan, bukan
itu yang ku inginkan.
Benar-benar
brengsek. Siapa pun kiranya yang menimbang perlakuanku ini terhadapmu pasti
akan menyalahkanku. Bahkan aku sendiri yang melakukannya merasa bersalah. Aku
tak pantas dibenarkan.
Keadaan ini
lebih menguntungkanku meski aku tak sebagai saat bersamamu. Dilain sisi ini
menyakitimu dan ini tak adil bagimu. Inilah kita sekarang. Kuharap kau mengerti
dan ini adalah sebuah keputusan besar yang pernah kuambil dalam hidupku.
Bertahan dengannya dan bersahabat denganmu. Setidaknya itulah yang ku bayangkan
walaupun kau mulai sedikit member jarak
terhadapku.
Kau adalah
lelaki yang baik. Aku yakin itu. Meskipun diceritamu kemarin, masa lalumu tak
baik adanya. Kau akan memperoleh buah dari perubahan dirimu. Bukan aku. Pasti ada
perempuan yang sepadan kau temukan. Aku mendoakanmu.
Jika kau ingin
bercerita, ceritakanah padaku.Aku akan jadi pendengar yang baik untuk semua
ceritamu. Mungkin aku tak bisa membantu atau member solusi namun akan terasa
ringan jika ada orang tempat berbagi cerita. Tetapi kita harus tetap pada
batasan dan kita harus menjaga itu.
Kuharap lukamu akan segera terobati. Hadapilah kenyataan ini. Tersenyumlah.
Kau akan menemukan apa yang sedang kau cari. Apa kau tanyabertemu dengan siapa sebenarnya
sedang kau tunggu.
Dan jika kau memilih untuk melupakanku, Tak mengapa, aku rela. Jangan kau harapkhJangan kau ingat aku lagi. Mungkin itu yang terbaik.
Dan jika kau memilih untuk melupakanku, Tak mengapa, aku rela. Jangan kau harapkhJangan kau ingat aku lagi. Mungkin itu yang terbaik.
Salam,

suasana hati sering diumbar di sosial media, malah jadi bikin orang menyimpulkan kita orangnya begini, orangnya begitu. apalagi kalo updateannya galau terus, ntar dikiranya tukang ngeluh
BalasHapusIya mbak Ami Hamni, benar begitu. Itu sebabnya aku menuliskan ini. Terima kasih sudah nyasar di blog ini. Salam,
Hapus