Kau ? Dia ? Mereka ? Tuhan ?

          ‘Banyak hal yang tertunda. Hilang arah. Akan melangkah kemana? Memulai darimana? Berbuat apa? Benar – benar stagnan kehidupanku. Roda waktu dengan sombong tetap berputar. Tak mampu ku menahan laju matahari. Aku tergilas dan selalu begitu.’

        ‘Siapa kiranya yang akan menolongku? Kau? Dia? Mereka? Entahlah. Tuhan? Aku hanya bisa berdoa dalam diamku. Meski terkadang tak kusembunyikan rasa syukur dan cacian padaNya. Itulah aku.’

        ‘Ternyata sangat membosankan dengan keadaan ini. Diam tak ada kesibukan yang berarti. Siapa yang perduli dengan keadaanku? Kau? Dia? Mereka? Tak ada seorangpun. Tuhan? Entahlah aku juga mulai meragukannya sekarang.’

        ‘Kau? Aku berharap kau mengerti dan peduli keadaanku saat ini. Ekpektasiku saja yang selalu membuatku bahagia. Kenyataannya? Aku tak mampu menjelaskannya. Apakah kau adalah orang yang bisa membantuku sekarang atau kau hanya piguran yang memiliki peran dengan durasi yang lumayan lama dalam ceritaku saat ini.’

        ‘Dia? Tawanya seakan menyudutkankan manusia lain dimuka bumi ini. Dia lupa seperti apa dia sebelumnya. Dia tak obahnya sebuah barang yang baru. Recycle.’

        ‘Mereka? Sibuk dengan dunia mereka. Sibuk dengan diri mereka. Sibuk dengan kesibukan merekan. Sibuk dengan pikiran mereka. Itulah mereka.’

        ‘Tuhan? Entah mengapa aku mulai ragu. Mungkin kali ini, seperti inilah pemikiranku padanNya. Tak bisa kujelaskan dengan pasti. Biarkan sajalah nanti aku akan memikirkannya lagi.’

        ‘Telah lama aku berharap pada apa yang sama sekali tak terharapkan. Telah lama juga aku menunggu sesuatu yang tidak pantas ditunggu. Terlalu membuang waktu pada sesuatu yang tak pantas diberikan waktu walau sedikitpun.  Apakah harus seperti ini?’

          Sore ini turun hujan. Aku duduk dikursi kayu. Aku memesan kopi hitam kesukaanku. Ada 3 kursi lagi yang kosong yang menghadap kemeja dimana aku meletakkan tanganku sekarang. Dan meja yang lain juga terlihat sepi. Seorang perempuan masuk, berbicara kepada sang pelayan café lalu berjalan menuju kearahku.

‘Boleh saya duduk disini?’ dia bertanya kepadaku.

‘Ya silahkan , ’ sahutku

Aku hanya menatap layar smartphoneku. Berharap kau membalas pesan bbm ku tadi.

‘Atau anda sedang menunggu orang lain? Saya baiknya pindah ke meja lain saja.’ tanya permpuan itu lagi.

‘Tidak. Aku sendirian saja, tak ada yang kutunggu. Duduk sajalah disitu kalau anda nyaman’

‘Oh, sudah sering kesini?’

‘Tidak. Ini pertama kalinya aku mampir disini. Jenuh dirumah terus, aku mencoba keluar rumah dan menikmati kopi hitam ini.’

‘Aku juga yakin kalau anda, ..’

‘Terlalu formal sekali kata “anda”, haha.. biasa sajalah”

“Hmm, ya. Aku belum pernah melihatmu dicafe ini sebelumnya!’

‘Ya, aku pertama kali kesini. Apakah ini sudah menjadi meja langgananmu? Maaf kalau aku duduk disini.’

‘Tidak apa. Memang aku selalu duduk disini, tapi bukan berarti punya aku kan? Hehe,, Aku suka duduk disini. Karena dari sini gedung itu tampak jelas dan aku selalu menikmati pemandangan ini setiap soreku.’

‘Oh. Ya gedung itu tinggi dibandingkan gedung-gedung lain disekitanya. Gedung apa itu?’

‘Kalahari Transword Corporation. Itu gedung tertinggi dikota ini. 47 lantai. Aku pernah bercita-cita untuk bekerja disana. Ada sebuah perusahaan berkantor disana. Namun aku tak beruntung. Jadi sejak hari aku gagal bekerja disana adalah awal mengapa meja ini menjadi favoritku. Aku hanya bisa memandangi gedungnya saja.’

Pelayan café membawa cappuccino panas yang tadi sudah dipesan  perempuan ini sebelum bergabung denganku di meja ini. ‘Ini pesanannya Mbak, silahkan dinikmati. Terima kasih.’ Setelahnya sang pelayan tadi kembali menuju termpat biasa ia duduk menunggu para pengunjung.

‘Terus, jadinya kamu bekerja dimana sekarang?’

‘Ada perusahaan bergerak dibidang perkebunan dan berkantor dikota ini, aku dipercaya menjadi salah satu akuntannya, hehe..’

‘Oh, apakah pekerjaanmu menyenangkan?’

‘Hmm, lumayanlah. Meski terkadang butuh energy ekstra menyelesaikan tugas-tugas kantor tetapi sebanding dengan fee yang aku terima hehe.. Kalau kamu? Apa kesibukanmu dikota ini?
‘Hmm, tak ada. Aku pengangguran.’

“Haha. Yang benar saja.’

‘Aku sedang berobat disini. Aku dari desa.’

‘Hah, kamu tak tak tampak seperti orang yang sedang sakit. Apa penyakitmu?’

‘Mungkin saja, Karena sudah sebulan lebih aku keluar rumah sakit. Ini tahap pemulihan saja. Dan aku menumpang dirumah saudaraku disini sampai aku benar pulah dansiap untuk berpetualang lagi.’

‘Berpetualang? Maukah kau menjelaskan padaku apa pekerjaanmu padaku? Hehe,’

‘Aku petani’

‘Oh ya. Pekerjaan yang mulia loh. Kenapa tadi kamu bilang kamu pengangguran?’

‘4 bulan sudah aku berjuang dengan penyakitku. Panenku gagal. Wajar jika aku bilang aku pengangguran bukan!’

‘Hmm, gak juga harus dibilang pengganguran. Nanti kalau kamu sudah sembuh bisa lagi kan bekerja lagi.’

‘Nggak. Dokter melarangku untuk melakukan pekerjaan itu lagi.’

‘Owh. Trus apa rencanamu selanjutnya?’

‘Aku tak tau pasti. Ada saranmu?’

‘Jadi pemodal saja. Kamu kan bisa mempekerjakan orang yang sudah professional bertani dan kamu hanya mengontrol saja. Gimana?’

‘Hmm, Ya. Sepertinya idemu pantas untuk dicoba. Terima kasih. Tak terpikir diotakku sebelumnya untuk melakukan hal itu’

‘Haaha.. itu mungkin alasannya kita bertemu hari ini. Dan kita tak akan tau segala sesuatu hal yang baru itu tanpa mencoba dan mencari tahunya sendiri. Selamat mencoba ideku heehe. . Semoga berhasil.’ Sambil menyeruput cappuccino yang sudah mulai hangat dari gelasnya. ‘Oh iya. Waktuku sudah pas buat pulang. Dan kali ini karena kamu sudah mau berbagi cerita denganku aku sedikit telat dengan kebiasaanku hehe. Aku ulur waktuku 5 menit lagi bercerita denganmu sambil menghabiskan cappucinoku. Kamu juga dari tadi jadi ikutan lupa minum kopimu. Senang bercerita denganmu.’

‘Ya, untungnya kopi ini tak keburu jadi agar-agar hehe. Senang berbagi cerita juga denganmu. Terima kasih atas tambahan waktumu untukmu hari ini hehe. Apa kegiatanmu tidak terganggu?’

‘Tidak tidak. Biasanya setelah dari sini aku langsung pulang ke kontrakanku. Aku mengontrak satu apartemen disekitar sini. Kamu mau mampir?’

‘Hmm, lain kali saja. Mungkin aku akan berkunjung.’

‘Ya. Ya hehe.’ Sambil menoleh jam tangannya dia berkata ‘Waktu 5 menitnya sudah habis. Kita lanjut lagi esok sore. Bagaimana?’

‘Hmmm.. ya aku akan datang lagi esok sore. Kamu duluan saja pulang aku masih menghabiskan sedikit malamku disini.’

‘Baiklah. Sampai ketemu lagi. Karena sudah mau berbagi cerita denganku kopi hari ini aku yang bayar.’

‘Loh, jangan begitu dong’

‘Tidak apa. Mungkin besok kamu akan mendapat giliran hehe. Sampai ketemu lagi ya, aku pergi dulu. Daah.’

‘Iya. Baiklah. Sampai bertemu lagi.’

Dia menenteng tasnya dan menuju kasir tempat sang pelayan café duduk menunggu dan selanjutnya dia berlalu dari pintu café. Aku masih duduk menyendiri diatas kursi kayu itu. 


‘Pernahkah ada saat-saat tertentu, ketika hanya satu bayangan yang mengisi kepala mu dan yang kau rasakan hanya perasaan menekan di hati mu?
Perasaan ingin mengubah semua cerita yang ada, tetapi kau tidak memiliki kekuatan lagi untuk melakukannya, tapi kau tetap berusaha menggengamnya dengan hati dan pikiranmu?’ Ini sekarang yang terpikir diotakku.

 














                

Komentar

  1. Keren mas tulisanya. Tapi maaf saya bingung konsepnya emang pengen sureal apa realis? Di percakapan saya nanggep dua orang diatas belum kenal, bahkan belum bertukar nama tapi udah berani ngajak ke apartemen. hehe

    Kalau masalah perasaan mas, kayaknya masalah pribadi sih. Saya nanggepnya gini, kalau masalah cewek relain mas. Biasanya itu jitu hehe. Kalau masalah masa depan atau kerjaan, berjuang. Gak bakal ada orang yang terus simpati dan mengibai. Setiap orang mesti berjuang buat mimpi-mimpi, setiap orang punya perjuangnya masing-masing. Masnya mesti kuat. Yakin deh pasti bisa :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini cerita tealitas mas, hanya saja aku sengaja menyamarkan beberapa hal dalam cerita ini. Terima kasih sarannya mas, ini masalah hidup. Semua membaur menjadi sebuah masalah. Ya, aku akan melalui ini semua.

      Hapus
  2. aku bingung maksud tulisan ini apa, tapi aku juga pernah mengalami hal yang menekan hati, padahal itu bukan sesuatu yang penting. dan gua cuman bisa menunggu waktu untuk melupakan hal2 yang pernah menekan hatiku

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sulit buat dijelasin Mas, hehe. Tapi yang pasti ada setumpuk masalah yang terjadi dalam tulisan ini sebenarnya.

      Hapus
    2. sungguh sulit untuk dimengerti, tapi ini gaya bahasanya bagus loh..........

      Hapus
  3. maaf boleh tidak kalau font nya diganti?? saran aja sih, makasih
    tapi aku suka cerita-cerita begini, mengandung makna eksplisit hehehe
    kalau ada perasaan mengganjal di hati sebaiknya segera dikeluarkan aja hee

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak Mei, font nya sudah kuganti terima kasih sarannya. Iya mengganjal banget makanya aku mulai bercerita lagi diblog usang ini.

      Hapus
  4. Maaf sebenernya aku kurang ngerti dari segi tulisannya.

    Tapi aku suka ka sama ceritanya.
    Aku juga pernah mengalami seperti yang ada di cerita ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Susah memang untuk dimengerti Pangeran, akupun susah mengerti apa yang kupikirkan sekarang.

      Hapus
    2. Mungkin sulit di mengerti aja ka.

      Hapus
  5. Beberapa bagian dari tulisan yang paling atas rasanya sama seperti yg saya rasakan, tapi untuk bagian bawah saya kurang nangkap apa maknanya, font nya juga agak mengganggu ya.. Tapi saya suka tulisan di bagian atasnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya, terimakasih masukannya dan sudah aku ganti fontnya.

      Hapus
  6. WOW! Kata-katanya begitu memukau. KAU? DIA? MEREKA? TUHAN? Sesuatu yg WAH untuk dibahas.

    Aku suka semua kata-kata sebelum cerita dengan perempuan itu. Udah, itu aja sih.. :D

    #SalamSapa

    BalasHapus
  7. Hallo bg Jhon... Sebelum komentar soal tulisannya, mungkin perlu dicek lagi tatanan penulisannya. Bukan bermaksud untuk sok paling bener, tapi apa salahnya jika bisa lebih baik.

    Seperti kata di yang menyatakan tempat harusnya dipisah. Untuk kata kerja, baru deh, digabung. Sekalian beberapa tempat banyak typo bg. :)

    Sejatinya gue suka banget sama diksi di cerita ini. CUman, itu tadi. Agak terganggu dengan tatanan penulisannya. Semoga perasaan yang terpendam itu segera dikeluarkan, ya bg. Biar lega gitulho... :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mas Heru terima kasih masukannya. Semoga tatanan penulisanku akan membaik juga dengan tatanan dalam otakku. hehe,

      Hapus
  8. Ini cerpen atau apa ya?
    Bagus ceritanya..
    Saya juga pernah mengalamami hal yang sama seperti itu..

    BalasHapus
  9. Baca cerita ini rasanya asik sekali, bisa dinikmati dan mudah untuk dibayangkan suasananya :D

    Ini dpt membuat galau jg kalau terbawa suasana. Entah, tokoh utama sedang sakit apa sampai2 tdk bs bertani lagi...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jangan baper Mas bahaya dan tak enaklah rasanya. Sakit hati tokoh utamanya Mas, hehe.

      Hapus
    2. Ahaha salahmu brarti udh bikin cerita yg bikin baper xD

      Waduh kirain sakit fisik, trnyata sakit hati -_-

      Hapus
  10. Ini ceritanya tentang petani yang sakit dan kehilangan pekerjaan ya?

    Dan hari-harinya bosan karena hanya diam.dan tak melakukan apa-apa.

    Ceritanya menarik, kelanjutannya gimana apa si petani dan perempuan tersebut besok ketemu lagi? Kan giliran si petani yang mau ntraktir perempuan yang sudah membayarinya kopi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya. tepat sekali mas Santo tak diragukan lagi. Haha tunggu saja Mas, semoga ada lanjutannya.

      Hapus
  11. pas baca awalnya, jujur aku tertarik, maksudnya sangat menggugah. tapi, mungkin belum bisa terlalu paham akunya hehe..
    Aku pernah gan merasakan dan memikirkan seseorang di benak, tapi setiap memikirkannya ada rasa tidak nyaman.. tapi itu dulu.

    Aku juga pernah berpikir seandainya bisa merubah masa lalu, tapi itu dulu. sekarang sih aku lebih mikir bikin ending baru daripada menghayal bikin start yang baru.

    nice post!

    BalasHapus
  12. sebenarnya saya belum paham ini menceritakan apa yaa,dan postnya panjang sekali, tapi jujur aja sih, ini seperti yang saya rasakan.ini pasti nulisnya pake hati ya hhahhahha

    BalasHapus
  13. Pernah.. :D tidaklah sendirian yang mengalami ini. Semakin tertekan semakin ingin putus asa. :)
    ini artinya kisah penulis sendiri kah? Kalau pun iya... Maka saranku bertemulah dengan kawan. :D berbicara dengan manusia. Lempar saja hape itu untuk sementara hehe

    BalasHapus
  14. Waktu pertama bangeeetttt baca tulisan ini aku langsung suka. Pemilihan diksi dan perangkaikan kalimatnya keren bangeeett.. 👍👍

    Cuma kayak yg dibilang sama Bang Heru, ada typo-typo dan bagian-bagian kata yang harusnya dipisah tapi malah dirangkai. Dan itu gak cuma satu atau dua, tapi di sepanjang tulisan.
    Penjelasannya udah dijelasin Bang Heru.. :)
    Semoga ini bisa jadi koreksi biar makin baik kedepannya.. 👍👍😊😊

    Kalau dari alur siihh (meskipun kayaknya ini semacam curhat terselubung) cerita ini asik. Pembaca sukses dibuat baper dan bisa ngerasain apa yang dialami sama tokoh utamanya.
    Cuma di endingnya yang agak bikin 'lhoo kok gini'... waktu bagian si perempuan nawarin mampir ke apartemennya. Bukannya dia dan si laki-laki itu baru aja kenal??

    Sendirian, tertekan, hingga putus asa menurutku seringkali muncul ketika gak ada orang yang bisa kita ajak untuk berbagi.
    Jadiii yaa keluarlah dari duniamu. Bertemulah dengan orang entah itu teman, sahabat, atau keluarga dan ungkapkan semua yg dirasakan dalam hati... 😊😊😊

    Semangaaaattttt..... 💪💪💪💪

    BalasHapus
  15. Masih penasaran sama cerita selanjutnya, ketika si petani datang dan gantian mentraktir kopi kepada perempuan itu.

    Fontnya ketebalen mas, apa emng boldnya lagi error ya?

    BalasHapus
  16. Jangan terus menerus menyendiri, cobalah berinteraksi dengan teman-teman agar bisa berbagi dan saling melengkapi.
    Dipertanyaan paragraf jawabanku yaitu pernah. Walaupun sulit untuk melakukannya, akan terus aku coba selama masih bisa mencoba.

    BalasHapus
  17. mas postingannya menggambarkan keadaanku sekarang. kadang berkhayal itu menyenangkan, tapi gak menghasilkan apa2 hehe :D
    yuk mas sama2 berjuang meraih apa yang diinginkan

    BalasHapus
  18. gue kayaknya krnal blog ini tapi ahh..

    mrnurutku si petani tadi adalah kucinya, dialah sebanarnya yang memgang kunci cerita. bahwa cerita ini sebenarnya menunjukan realita yang ada. banyak diantara kita yang pengen keraja di perusahaan dll padahal kia bisa bekerja di daerah masing2 mengolah sumber daya yang ada.. eh ini bener nggak gue menyimpulkan cerita hahaha

    BalasHapus
  19. Ceritanya enak di baca bang, bahasanya juga santai. Gua rasa di balik tulisan ini ada pesan tersirat yaaa~
    Gua jg pernah ngerasain disaat satu bayangan yang mengisi kepala dan yang di rasakan cuma perasaan yang menekan hati. Hmm
    Oh yaa, kalo boleh saran coba di perhatiin bang tulisannya, soalnya gua baca bganyak yang masih typo hehhe
    Mantap bang!

    BalasHapus
  20. Udah baca berkali-kali, tapi masih ga bisa menentukan...ini tuh sebenernya cerpen atau curhat ya? Gaya bahasanya bagus sih, keliatannya kamu ada bakat nulis novel hahaha

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berdamai Bersama Diri Sendiri

Pejalan Mimpi