Bukan Puisi
Kau datang mengusik keheningan. Cerita pedihmu yang kau bagi, tumbuh simpatiku dengan sendiri.
Aku tak mencoba untuk mengambil keuntungan. Saat itu hanya 'kenapa', 'lalu' dan sedikit pandangan ku utarakan agar kau yakin bahwa aku mendengar serta peduli tentangmu.
Sekarang, setelah luka - lukamu reda. Kau hilang ditelan romansa. Kau kembali padanya. Apakah kau tak malu? Kau si pemaaf? Baiklah.
Kemarin, kau ungkap semua kekurangnya dan kau bandingkan aku dengannya. Meskipun, aku sebenarnya menolak teorimu saat itu.
Siapa sebenarnya paling brengsek diantara kita? Aku? Kau? Atau, dia yang sekarang kembali kau puja?
Untungnya, aku tetap aku beserta luka yang kau tinggalkan. Sekarang menjadi luka dalamku.
Aku adalah kesunyian yang kau usik.
Aku tak mencoba untuk mengambil keuntungan. Saat itu hanya 'kenapa', 'lalu' dan sedikit pandangan ku utarakan agar kau yakin bahwa aku mendengar serta peduli tentangmu.
Sekarang, setelah luka - lukamu reda. Kau hilang ditelan romansa. Kau kembali padanya. Apakah kau tak malu? Kau si pemaaf? Baiklah.
Kemarin, kau ungkap semua kekurangnya dan kau bandingkan aku dengannya. Meskipun, aku sebenarnya menolak teorimu saat itu.
Siapa sebenarnya paling brengsek diantara kita? Aku? Kau? Atau, dia yang sekarang kembali kau puja?
Untungnya, aku tetap aku beserta luka yang kau tinggalkan. Sekarang menjadi luka dalamku.
Aku adalah kesunyian yang kau usik.
Komentar
Posting Komentar