Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2017

Pejalan Mimpi

1/ Kedamaian jiwa. Itukah yang kau cari? Itukah yang kau rindukan? Jangan kau cari pada diri orang lain. Jangan kau menunggu, ia tak akan datang. Jika keangkuhan masih membelenggu pikirmu. Sampai kapan? 2/ Inilah semesta. Bukan nirwana, yang kata kidung suci adalah tempat yang menyenangkan itu. Disini kau sedang uji kelayakan. Jalani saja, semoga kau sampai. Derai tawa serta tetes air mata adalah ekspresi jiwamu. Redam saja dengan senyum dan lirih hati, kalau kau mampu tentunya. 3/ Berantakan? Tidak apa. Setidaknya kau sudah menggoreskan kisah perjalanmu. Kau bukan figuran, kau pemeran utama dalam lakon ini. Hasilnya? Baik atau buruk, itu hanya bahan penimbang bagi si Empunya semesta alam yang kau agungkan itu. Biarkan Ia nanti yang menelaah serta menitahkan seperti apa dan kemana kau selanjutnya. 4/ Inilah mesteri kehidupan. Tak ada yang tahu pasti bagai mana dan sampai dimana akhirnya.Lalu ini bukanlah mimpimu! Pejamkan matamu sejenak, helakan nafas panjang. Seperti apa ...

Aku Menyerah

Sendiri. Jika ada yang bertanya 'mengapa kau seperti ini?' Aku bisa berdalih 'ini sangat menyenangkan, aku bebas kemana dan bersama siapa saja.' Sebuah alasan yang menurutku dapat menelusuk logika si penanya. Iya, aku akui dengan keadaan sekarang ini benar bahwa aku bebas. Bebas dari larangan ini itu, bebas dari pertanyaan dan perdebatan yang menimbulkan pertengkaran akibat hujaman tanya dan debat yang terkadang menjengkelkan pikir. Aku tak perlu lagi menahan rasa cemburu dan aku juga tak perlu menahan rindu. Tetapi sekarang, aku benar-benar harus menafikan semua keangkuhanku. Trauma berkepanjangan karena masa lalu yang tidak menyenangkan yang sulit untuk aku lupakan. Sampai sekarang pun masih membekas dalam jiwaku. Mengerikan sekali bila harus membalik kembali memori itu. Meski aktor yang pantas dipersalahkan dalam kisah kelam itu adalah aku. Namun, apakah memang harus seperti ini dan selama ini kah harus merasakan akibat dari semua goresan masa lalu itu? Lukanya...

Kau Tetap Sahabatku

Gambar
Kau tak akan pernah bisa merubah diriku. Dan kau tak akan pernah bisa mengatur hidupku. Yang mungkin kau bisa Ingatkan diriku, kawanku juga sahabatku. Aku juga bisa menerima hitam dan putihmu dan akan selalu hargai semua pandangmu. Yang aku butuh ingatkan diriku  bila aku lelah jalani hariku, sahabat dalam hidupku. Kau tau, tanpa kalian aku berantakan. Bila hatiku tak sedang baik-baik saja. Dan hari-hariku tidak menyenangkan. Memang benar kalian tak selalu ada, jalan kita mungkin berbeda meski kita masih di planet yang sama. Tetapi lewat doa yang saling dirajut dan kata bernada ejekan yang sering kita ucap atau kirimkan via percakapan terselubung. Aku sedikit lupa (pura-pura) bahkan bisa lupa sama sekali. Prinsip hidup kita jelas berbeda. Aku tak menyangkal itu dan aku yakin kau juga tau itu kawan. Setidaknya kita pernah tertawa bersama dalam banyak hal bukan? Kita pernah dalam lingkup yang kita anggap sebagai dunia kita, tempat kita bersenda gurau, tempat kita bermain...

Sekarang aku sedang jauh dari peremuan itu.

Sengaja dan tidak, aku terpaksa menjauh dari perempuan itu. Dia mungkin benar membenciku sekarang. Bagaimana tidak? Aku memilih diam padanya. Setiap kali dia men-chat atau telepon pasti aku abaikan. Yang dulunya aku paling rutin men-chat dia pertama atau tahan berlama-lama bicara melalui telepon padanya. Tetapi sekarang aku jadi diam, membeku seperti batu di dasar danau Toba. Maaf, aku memang salah kali ini. Namun andai dia tahu apa sebabnya dan alasanku menjauhinya kupikir dia juga akan mengerti. Sebernarnya banyak, namun aku tak tahu harus memulainya. Kemarin baru saja dia mengirim chat ke smartphoneku. 'I huta ham bang?' Awalnya aku bingung harus balas atau tidak, tetapi teyfkarena lebih berat untuk abai akhinya aku balas 'Ai do baya'. Aku berharap sekali sebenarnya dia melanjutkan chat itu. Tetapi tidak. Oh, .. Mungkin dia kehilangan koneksi internet atau di6dddddddddyurt hufrr a memang ingin balas dendam aku tak tau, haha.. Jika suatu saat kau ingin tau ...

Keumala

Kepada senja, Ada saatnya seseorang berangkat dan ada saatnya seseorang harus pulang. Dan diantara keduanya adalah perjalanan. Aku telah menggambar setiap senja. Senja yang merah. Senja yang memulangkan unggas ke sarang-sarang. Senja yang mengembalikan aku pada gelap. Senja yang mengembalikan aku pada rumah. Yang sesungguhnya tak ingin kusinggahi. Tapi ada suatu ketika seseorang harus pulang bukan? Pada rumah aku pulang dan pada gelap. Yaah pada gelap, ternyata aku berangkat. Dan inilah kisa perjalanku. Menjemput gelap. . . Langit, Untuk semua gelap ini aku tidak ingin kau tahu.  Meskipun kita dipertemukan oleh senja yang sama. Aku tahu, kau akan memburunya, dari cakrawala ke cakrawala. Lalu kau kirimkan senja-senja itu padaku. . . Aku, Aku adalah senja. Aku berangkat dari terang menjemput gelap. Pada tiap ketikanya, hatiku lebam warna lembayung. Dan mengertikah kau ini semua langit? Disaat kita bertemu pertama kalinya. Kala kita bertengkar merebut ...

Kepada Perempuan Yang Pernah Membuatku Patah Hati.

Terima kasih untukmu. Kemarin memang benar aku sangat marah juga membencimu. Banyak hal buruk yang ingin aku katakan terhadapmu. Tetapi semua tak terwujud, kau beruntung sekali. Iya kau memang selalu beruntung, sayang. Eh, maaf aku mengucapkan sebutan itu lagi. Kata yang paling sering kita ucapkan saat bersama, ‘sayang’. Sekarang sudah tidak lagi. Tapi biarlah, kau tidak akan rugi jika aku menyebut begitu. Apakah kau tau, dari semua masalah hidup yang aku lalui? Ternyata kisah kelam antara kau dan aku dulu tidak sebanding dengan masalah – masalah yang aku hadapi sendiri setelah kau dan aku tidak lagi ‘kita’. Lebih menyakitkan tentunya untuk aku rasakan. Tak ada teman untuk berbagi hanya aku sendiri. Berbeda sekali dengan masa kita dulu bersama, kau selalu pendengar yang baik dalam senua keluh kesahku. Sering sekali aku berdiam diri sekarang. Setiap kali masalah datang aku hanya diam, berpikir dan mencari sendiri solusi masalahku. Iya, aku sepertinya egois sekarang. Aku per...